Archive for the ‘odong odong’ Category

56329719-7577-4EDA-8082-42592DFA19F6

 

1. Perjalanan kapal kayu

BD2E4E23-1200-4E86-BFEE-5E94C462A731

Kapal kayu Rindu Alam

Seluruh anggota rombongan sudah duduk manis dalam Kapal kayu rindu alam, bersiap-siap meluncur dari pelabuhan rakyat Kaliadem di Muaraangke menuju pulau Pari, salah satu pulau di gugusan kepulauan Seribu. Beberapa penumpang sudah meluruskan badan di jejeran kursi dengan bantalan yang sudah bocel di bagian belakang kapal bersiap-siap tidur, tapi belum ada tanda-tanda kapal akan bergerak, waktu sudah menunjukkan lewat dari pukul 7, waktu yang tertera di jadwal sebagai waktu keberangkatan. Masuklah beberapa petugas dari dinas perhubungan berseragam biru meminta kami memakai jaket pelampung, dengan ancaman kapal tidak akan berangkat kalau jaket tidak dipakai, maka dibagikanlah jaket pelampung berwarna orange butek yang sudah cacat disana sini, mudah-mudahan masih bisa mengapung di laut. Selesai pemeriksaan baru dinyalakan mesin kapal, ternyata belum langsung berangkat walaupun kepala mulai puyeng dengan bau ikan busuk khas pelabuhan kotor. Kira-kira pukul 8 baru kapal di sebelah kiri kami mulai bergerak, rupanya kapal kami ada di urutan kedua giliran keberangkatannya.

Rada geli lihat pemandangan kontras antara kapal kumuh dengan wajah-wajah cantik ber-make up lengkap ala liburan lewat bandara… berhubung gak ada yang paham rupa pelabuhan Muaraangke sebelumnya, tempat parkiran becek, halaman pelabuhan tergenang hujan semalam, yang paling dominan adalah bau ikan busuknya, untung mama sudah siap bersendal jepit dan celana pendek ala belanja ke pasar becek, juga kistum yang paling pas untuk liburan ke pantai.

Cerita perjalanan laut kurang greget untuk diceritakan, singkat cerita setelah perjalanan 2 jam, sampailah kami di pelabuhan tujuan, pulau ini lumayan jauh dari pelabuhan asal bila dibandingkan dengan pulau-pulau lain di kepulauan seribu. Dalam perjalanan kapal kami melewati yang pulau Bidadari, pulau Untung dan pulau Kapal.

2. Pulau Pari

A9A00CDE-2EA6-4EA6-B0DD-C8F55C768B4DSetelah menurunkan orang dan barang dari kapal, bertemu dengan Vijay pemandu lokal kami, siap menuju penginapan naik odong-odong, gerobak yang ditarik motor, yang jadi moda angkutan di pulau ini. Ternyata memang tidak ada mobil disini, jalan kampung berupa paving block cuma cukup dilewati dua odong-odong yang berpapasan. Memang gak perlu mobil disini, pulaunya memang kecil, cukup diputerin naik sepeda…

Homestay kami lumayan bersih, merupakan rumah penduduk lokal yang disewakan ke wisatawan yang datang, berkamar 3, kamar mandi 2, ditambah beberapa kasur tambahan yang digelar di lantai, ada AC di kamar dan ruang keluarga, perfect place for big family holiday.

Untuk makan sehari-hari sudah disiapkan pengelola di pulau Pari, sehari 3 kali makan, menu sederhana tapi lumayan lengkap, nasi, lauk dua macam, sayur, sambel, kerupuk dan buah semangka. Buat snack, cukup beli pisang goreng dan teman-temannya di warung-warung penduduk. Lucunya gorengan cuma akan disiapkan waktu dipesan oleh pembeli, jadi really fresh from the pan. Pokoknya duit jajan lumayan awet disana, ngga ada mal tempat belanja, indo… dan teman/saingannya samasekali gak ada. Tadinya agak menyesal gak bawa bekal camilan yang cukup, tapi setelah dipikir-pikir, senang bisa beli-beli sesuatu ke warga setempat, disitu mata pencaharian mereka, dan samasekali belum tertular virus pariwisata yaitu aji mumpung memahalkan dagangan yang bikin sebel wisatawan.

3. Dari pantai ke pantai

66A02454-F2AA-4806-B89B-367F49E7B2E2

Siap bangun istana pasir putih

Tidak lama menunggu, sepeda yang dijanjikan segera datang, tinggal makan siang yang belum, tapi aku sudah ga sabar menunggu, dan perut sudah diganjal indomie telur, tentu dengan kostum celana pendek dan sendal jepit, siap buat tour dari pantai ke pantai. Dengan berkalung tas kamera dan ransel tipis, langsung ngegowes ke somewhere di tepian pulau, rupanya pulau ini kecil saja, ada 2 pantai utama disini, ujung barat pantai pasir perawan dan ujung timur pantai pasir bintang, di dekat pelabuhan ada lagi pantai kresek. Ternyata aku terdampar di pantai kresek, tidak yang terindah, tapi lumayanlah untuk melengkapi koleksi foto-foto pantaiku. Pulang dari pantai ketemu rombongan bocah bocahku yang mengarah ke Pantai Perawan, asyik… saatnya ngintip para perawan yang sibuk dengan sesi selfinya, mereka sih gak mau pakai kostum celana pendek dan kaos, tapi gaun mini warna warni yang bakalan kinclong di lensa kamera. Pantai yang ini lumayan keren, bakal beberapa kali balik kesini dan gak pernah bosan.

27CF9790-C977-48F9-9527-0F7E4948E45FEnaknya jarak yang dekat kemana- mana, lapar tinggal ngegowes pulang, asal jamnya tepat, makanan pasti sudah terhidang di meja.

Sempat bobo-bobo siang juga menunggu matahari agak turun, balik lagi ke pantai, kali ini mencoba pantai pasir bintang, ternyata sebagian pantai itu dikuasai LIPI, untuk konservasi biota laut, dan banyak bintang laut disana, sesuai dengan nama pantainya. Anak-anak senang main disana, mereka sudah bawa bola dan perlengkapan membangun istana pasir, pantainya juga landai, berpasir putih, bahkan ada perempuan iseng berbaju merah yang jalan jauh ke tengah, kedalaman air cuma selutut saja. Nyamannya pantai-pantai disini adalah teduh penuh pepohonan sampai dekat batas air laut, di sana -sini tergantung hammock, ayunan, bangku-bangku panjang. Jadi yang tidak berminat basah-basahan, bisa ngadem, baca buku, atau gelantungan di pohon…. hihihihi.

D81288D5-EF90-47D4-8257-0B5F3BAF5419

Sunrise di pelabuhan

Perjalanan ke pantai ini diulang sehari 3 kali, kaya minum obat aja. Pagi-pagi sebelum jam enam sudah nangkring di pantai kresek dan pelabuhan atau pantai perawan menunggu sunrise, siang hari buat sesi foto model, dan sore hari sesi menunggu sunset di pantai bintang. Buat yang hobby berenang, pagi siang sore selalu waktu yang tepat untuk berenang di pantai yang selalu landai, gak rugilah liburan kesini, semua wahana bisa dipakai sepanjang hari.

4. Snorkling

6ECF7968-D10B-420B-BD04-3EAF457B727D

Snorkling dekat pulau burung

Dalam jadwal paket hari kedua ada tercantum snorkling. Semua kelihatan semangat mau ikut, termasuk krucil-krucil yang aku yakin nggak paham apa itu snorkling, yang mereka paham adalah harus pakai baju berenang kesana, kalau yang namanya berenang atau main air itu memang pekerjaan mereka. Kebetulan jadwal snorkling harus agak mundur, berhubung guide kami harus sholat id terlebih dulu. Jam 09 lewat kami sudah duduk di perahu nelayan yang disiapkan pengelola, hanya para sesepuh yang tidak ikut. Setelah berdoa, kapal mulai melaju perlahan meninggalkan pelabuhan, begitu masuk wilayah laut lepas, haluan perahu mulai terangkat menaiki ombak, peserta mulai ber-whoah serempak, tiba- tiba guide menginformasikan bahwa perahu akan balik arah, what?!…. ternyata balik arah atas permintaan bapak si krucil yang baru saja bergaya-gaya nyetir perahu, katanya ulu hati tiba-tiba sakit… huahahaha, ternyata bapak si krucil langsung setres dihantam ombak. Alhasil bapak si krucil kena omel seniornya, karena mau ninggalin si krucil pergi tanpa kawalan bapaknya. Perahu diperintahkan putar haluan lagi mengarah laut lepas kembali… horeee.. jadi snorkling… perahu melaju lagi dengan mantap, ternyata setelah melaju agak kencang, goncangan semakin tidak terasa.

Perjalanan hanya sekitar 30 menit, kami kemudian bergabung dengan sekitar 10 perahu yang sudah mengelilingi spot snorkling. Suasana ramai di tengah lautan, ada yang sudah sibuk berkecipak di air, ada yang cuma foto-foto, ada yang lagi buka bekal makan siang. Sebelum nyebur, guide sekaligus pemandu selam kami menginstruksikan hal-hal penting untuk snorkling itu sendiri maupun aspek keselamatannya. Lumayan okelah… cuma peralatan saja yang pas-pasan, kacamata google banyak yang sudah sobek sehingga tidak bisa dipakai lagi, tidak ada sepatu khusus snorkling atau kaki katak, sehingga beberapa peserta tergores karang karena terpaksa hinggap di karang yang lumayan cetek. Yah namanya juga paket murah…. hehehe, mungkin harus bawa peralatan sendiri ya kalau berniat snorkling. Selalu ada kali yang pertama dengan segala ketidaksempurnaannya… tapi everybody feel happy, termasuk bapak si krucil yang sibuk dengan sesi foto menyentuh bunga karang di dasar laut. Ikan-ikanpun ikut senang dengan bonus biskuit yang kami bawa, berbagi dengan krucil yang kelaparan hebat sehabis berenang😀.

5. Pulang ke kota

Bagian yang paling tidak menyenangkan adalah beres-beres persiapan pulang, rasanya masih betah disini. Perjalanan pulang agak kurang nyaman, mungkin karena hari sudah siang, mungkin angin lagi kencang karena mau hujan, laut terasa lebih bergolak, cipratan ombak berkali-kali nyelonong lewat jendela kapal, dan kapal bergoyang oleng kiri kanan menambah seru suara keriutan kapal yang memang kelihatan reyot, penumpang yang tidak kuat ada yang sudah muntah-muntah. Untung krucil dan opung-opung terlihat ngantuk-ngantuk saja digoyang ombak. Tepat 2 jam sesuai jadwal, jam 13 kapal merapat di dermaga pelabuhan rakyat. Beruntungnya yang masih pakai kostum celana pendek dan sendal jepit, biarpun namanya kali adem tetap saja panas dan gerah. See you next time pulau Pari.

4B72B2ED-22FA-482F-A06E-6CDEDDC72EF9

Sunset di Pantai Pasir Perawan, Pulau Pari

 

 

Biasanya cerita-cerita di blog ini merupakan hasil sampingan perjalanan dinas ke tempat-tempat eksotis, tapi cerita spesial edisi ini  jalan-jalan dengan Grup Stania 84, cewek-cewek langka dari STAN 84, jumlahnya total sekitar 30 orang saja dari 460 orang generasi 84.

Majalengka dipilih dengan alasan sederhana saja, salah satu member group memberikan penawaran yang indah dan sulit ditolak, untuk mencicipi gule kakinya yang kondang di kampungnya di Majalengka. Sebagai bonusnya jalan-jalan ke tempat wisata yang disesuaikan dengan kemampuan the golden girls yang sudah biasa duduk manis naik turun mobil dan cuma semangat untuk foto-foto cantik.

Dari jam 6 pagi kami sudah stand by di kantor, dengan harapan segera berangkat, perjalanan paling lama 3 jam, bakal sampai di tkp sekitar jam 9. Tapi biasalah, rencana selalu lebih indah dari realisasinya, dan bus baru bisa berangkat jam 7 lebih banyak… Dan jalanan macet bla bla bla, akhirnya hampir jam 12 baru sampai di lokasi.

Masih tetap semangat dan lapar pastinya, segera menyerbu hidangan yang sudah dijanjikan, lengkap dengan mangga gedong gincu, jambu biji mengkal, wah lupa deh dengan janji diet yang selalu didengungkan.
Sesi berikutnya berangkat lagi naik bus, sekitar setengah jam kemudian ganti moda angkutan… Odong-odong… Hahahaha… Semoga gak masuk angin. Rupanya memang harus naik yang beginian, berhubung lebar jalan hampir hanya muat satu mobil dan rute terus menanjak ke arah bukit-bukit yang penuh kebun sayur di kiri kanan jalan. Makin ke atas pemandangan makin oke dan udara makin dingin-dingin sedap, untung lengkap bawaan emak-emak, pasmina-topi-jaket. Aku bawa satu krucilku, dia sangat senang bisa melihat tanaman sayur-sayuran dan buah yang biasanya cuma dia lihat di pasar dan supermarket.

Sayangnya cuaca agak hujan, tapi gak menghalangi niat kami berhenti dan berfoto di rumpun perdu berbunga ungu semacam lavender… Wow…rupanya perjalanan masih panjang, kembali menyusuri jalan berliku menyusuri perbukitan, semakin lama semakin tinggi. Tujuan tuan rumah adalah hutan pinus yang sebenarnya tidak seindah hutan pinus Kragilan di Yogyakarta yang lagi naik daun, tapi lokasinya asyik buat foto-foto, lengkap dengan fasilitas outbond sederhana yang bikin krucilku bersorak gembira dan berlari mencoba satu persatu.


Kembali 2 odong-odong bergerak lambat tapi pasti ke tujuan berikutnya, terasering kata tuan rumah. Hebatnya di tempat setinggi dan seudik itu, sinyal data terus manteng mantap, terbaca lokasinya Argalingga, Kulur dan Tejamulya. Rupanya untuk melihat terasering itu kami naik ke salah satu puncak bukit, untuk melihat kebun-kebun bertingkat di lereng-lereng bukit, ‘keren abis’ kata krucilku. Pantaslah kalau dari salah satu bukit ini jadi lokasi paralayang, tapi kami tidak sampai kesana berhubung matahari mulai menampakkan warna lembayung sebagai tanda siap turun ke peraduannya dan kamipun ngeri kalau harus turun bukit di waktu gelap.
Sedikit ada rasa sesal tidak punya waktu lebih lama disana berhubung kami akan langsung kembali ke Jakarta setelah makan malam. Berhubung lapar dan hawa dingin dan lelah seharian di jalan, semua makanan yang terhidang di restoran segera licin tandas. Luar biasa pengalaman hari ini, tidak menyangka akan datang ke tempat keren yang jarang publisitasnya. Ternyata sangat luar biasa negeriku ini, begitu luas dan penuh dengan tempat-tempat indah yang tidak pernah habis untuk dikunjungi. Terima kasih banyak temanku Sri Sukesi dan Dedyn yang sudah mengundang kami berkunjung ke kampungnya yang indah.

img_5450